Monday, June 13, 2005

PINGSAN!

Sungguh rizki yang tiada terkira bagiku (:D) mendapat stase obgyn saat bulan puasa. Lima minggu pertama sebagai junior dimulai setiap jam 7 pagi teng kecuali 2 minggu diantaranya, jam 5 pagi. Tentiran malam jam 19.00 sampai sekitar jam 21.00, tergantung apakah ada persalinan saat tentiran atau tidak. Tidak ada istilah telat. Ritual puasapun berganti. Buka cepat-cepat karena takut ketinggalan tentiran, sahur sekenanya, nafsu makan betul-betul kalah oleh panggilan tidur. Hampir tidak terasa, sampai pada suatu ketika tubuhku akhirnya protes juga …
Hari itu hari yang padat. Jam 5 pagi aku sudah di bangsal, mem-follow-up pasien. Selesai laporan pagi bersama 2 orang teman aku bertugas di poliklinik ginekologi. Seharian kami hilir mudik mengurusi pasien. Seorang residen meminta melakukan pemeriksaan kardiotokografi untuk melihat denyut jantung janin seorang ibu, 45 th, primi secundi, anak terakhir sudah mahasiswa. Aku bersama seorang temanku mendorong brankard ibu tersebut ke ruang KTG. Troli yang berisi alatnya baru dipakai di ruangan lain jadi aku keluar mengambilnya.
Saat kembali temanku tampak sibuk memakai handschoon. “Fi, ada pasien lagi nih..” katanya. Aku diam asyik mempersiapkan alat. “Kerjain sendiri ya,” kata temanku sambil beranjak. Aku mengangguk, dalam pikiranku adalah segera memeriksa ibu ini. Tiba-tiba aku merasa melayang, sepagian sudah aku rasakan tapi kali itu semakin intens.
“San..” panggilku. Temanku menoleh. “Apa? minta ditemani?” candanya. Aduh, kok tiba-tiba semua tampak kuning. “Bukan…”. Sekarang sudah mulai tampak berkas-berkas gelap dalam pandanganku. “Aku mau pingsan…” Temanku tertawa lalu berbalik ke arah pintu. Kutarik jasnya. “San, aku mau pingsan nih” ulangku. “Apa…” suara temanku terdengar sayup. Gubrak! Aku merasa ada orang menangkapku dan suara hiruk pikuk disekelilingku.
Saat membuka mata aku terbaring di salah satu kamar periksa. Wah, malu juga. Residen datang menjenguk. ”Gimana Dik, sudak enak? Sedang sakit ya, apa pulang saja?” Aku menolak. ”Gapapa kok, Pak”. Temanku yang lain melongokkan kepala sambil melambaikan catatan medis di tangannya. ”Paling-paling belum makan nih anak..” katanya. Aku tersenyum. Maklum, kedua temanku bukan muslim. ”Ayo diminum” Air dalam gelas disodorkan. Aku menggeleng. ”Kalian lupa ya, aku kan puasa..” Kuceritakan bahwa kemarin aku hanya sempat buka puasa dengan segelas air mineral dan tadi malam sahur hanya dengan sepotong kecil brownies. Kedua temanku saling ber ’oh’.
Kondisiku sudah agak enakan, pasien masih banyak, jadi akupun bangun. ”Ayo kerja lagi” kataku. ”Bener gapapa?” ”Ok deh..” Kamipun beranjak keluar. Di pintu kami mendengar suara obrolan para bidan ”Di tes hCG tuh Pak...perempuan seumur dia kok, masa pingsan tiba-tiba. Paling-paling amenorrhea tuh. Sudah nikah apa belum itu...jangan-jangan...”
Aku dan kedua temanku saling berpandangan. Kemarin ada pasien, anak kelas 1 SMA, datang dengan perdarahan profus akibat aborsi ilegal. Analogi ?!? Ckckck... Kami bertiga spontan tertawa nyengir. Tertuduh nih yee....
(primi secundi: jarak kehamilan dengan anak sebelumnya lebih dari 3 tahun; tes hCG: tes kehamilan; amenorrhea: terlambat haid selama 3 bulan atau lebih)

1 comment:

Anonymous said...

Vi ceritain donk pengalaman pingsanmu yang laen, aku kangen loh sama cerita-cerita kamu. Eh dulu masih inget ga waktu kamu pingsan pas ngajar di LIA he he he... aku cuman bilang," Hmm, itu pasti karena maag. Kamu makannya dijaga donk. (^_^ Sorry Fi aku ga nyadar kalo sedikit sarkasme, maaf ya Bu sekali lagi maaf).Fi kapan aku boleh curhat lagi... moga2 km masih ada waktu. Fery (DLLAJ)