Thursday, May 19, 2005

FOTO

Suatu malam yang sibuk. Ada demo karyawan sebuah pabrik yang berakhir dengan bentrok. Para korban dibawa ke UGD bedah, rata-rata dengan perdarahan di bagian kepala et causa vulnus laceratum alias luka robek. Pasien lain tetap berdatangan Seorang pasien yang datang setengah jam sebelumnya terdiagnosis dengan hernia incarserata which means operasi cito.
Saat itu aku sedang mencari botol perhidrol (yang beredar tiada henti) untuk mencuci luka pasienku. Tiba-tiba koas junior memanggil, “Mbak, keluarga pasien X nyari dokternya...mau ketemu katanya“. Sambil menenteng botol hitam nan berat itu aku menghampiri seorang wanita muda yang ditunjuk koas junior tadi. “Ada apa, Bu?“ tanyaku. “Ini pak X belum difoto“. “Sudah dibuatkan pengantar tho, Bu? Langsung saja diantar ke radiologi“. Wanita muda cantik itu menggeleng dengan semangat. “Lha itu belum kok, belum dikasih apa-apa...“ dan Mbak tersebut bercerita dengan semangat tentang pak X yang sudah bolak-balik kembali ke UGD tapi tidak ada perubahan. Keluarga pengantar yang berdiri di belakang si Mbak memandang kami. ’’Oh, jadi Bapak sering tidak bisa kencing ya...’’ Aku mengambil CM dari tangan koas junior. Pantes saja, diagnosisnya BPH alias benign prostate hyperplasia. Lalu kujelaskan panjang lebar apa itu BPH dan bahwa pak X tidak perlu foto rontgen sama sekali, juga bapak ini sudah dikateter dan bisa pulang. Wanita muda itu terdiam tidak puas. Lalu keluar ruang. Kuserahkan CM ke junior lalu permisi mengurus pasienku.
Saat hecting kulihat wanita muda itu masuk lagi dan oleh koas junior tadi ditemukan dengan seorang residen yang sedang sibuk dengan pak Polisi untuk urusan visum. Kudengar bagaimana residen itu menjelaskan lagi bahwa bapak X tidak perlu difoto sama sekali. “Pokoknya saya mau difoto...!” sayup kudengar suara wanita tadi bersahutan dengan suara residen penuh penjelasan.
Dan pekerjaan lain memanggil. Tiga jam kemudian suasana UGD mulai tenang, catatan medik yang belum tergarappun rame-rame diselesaikan. Koas junior bercerita bagaimana wanita tadi ngotot minta foto, bahkan setelah dijelaskan oleh residen tentang apa penyakit pak X. Obrolan pun berlanjut tentang tipe pasien yang merasa lebih tahu apa yang harus dikerjakan dokternya dan kami semua tertawa miris penuh keletihan. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku, “Dik...” panggilku. “Apa, Mbak?” junior mengangkat kepalanya dari CM yang ditekuninya. “Mestinya pak X kita foto saja, gapapa...” Junior langsung protes, “Lho, apa indikasinya, Mbak? Kan BPH?Apa hubungannya sama foto rontgen?” “Yaa..indikasinya atas permintaan pasien..” “Emang bisa?” “Bisa...tapi pasiennya kita rujuk dulu ke Duta..”
Adoww. Cubitan mampir ke lenganku. Banyak tipe manusia, termasuk pasien. Senjata kami hanya kepala dingin. Dan sharing, tentu saja...
(Duta= studio foto terkenal di Semarang).

No comments: